GpGlBSW0TfG8TpY7TpOiTUz5Gd==

Cerita rakyat Grobogan: Legenda Lahirnya Huruf Jawa

Ilustrasi AJi Saka (tengah) dan dua abdinya, Dora dan Sembada. (Anystorytelling/Khazanahgrobogan)
Kisah Aji Saka masih berlanjut dengan legenda lahirnya huruf Jawa. Kelahiran huruf Jawa ini diyakini merupakan hasil karya Aji Saka setelah terjadi peristiwa memilukan yang melibatkan dua orang sahabatnya, Dora dan Sembada. Legenda lahirnya huruf Jawa oleh Aji Saka juga merupakan tradisi dan ekspresi lisan yang juga dituturkan oleh leluhur Grobogan dari masa ke masa. 

Meskipun belakangan banyak studi kritis yang menyangsikan huruf Jawa diciptakan oleh Aji Saka, namun tradisi dan ekspresi lisan terkait legenda lahirnya huruf Jawa tetap menjadi bagian warisan kebudayaan masyarakat Jawa Tengah, terutama Grobogan.

Berikut ini kisah lahirnya huruf Jawa:

Diceritakan, saat datang ke Tanah Jawa, Aji Saka ditemani oleh dua abdi sekaligus sahabatnya yang bernama Dora dan Sembada. Setiba di Nusa Majedi (Pulau Majeti)—tempat transit pertama dari perahu yang ditumpangi oleh Aji Saka dan dua sahabatnya berhenti terlebih dahulu.

Saat hendak menuju ke Kerajaan Medang Kamulan, Aji Saka berpesan kepada salah satu sahabatnya, yaitu Sembada, agar tetap berada di Nusa Mejedi untuk merawat perbekalan dan menjaga keris pusaka milik Aji Saka. Terkait dengan keris pusaka, Aji Saka memberi pesan khusus agar dijaga baik-baik sampai Aji Saka sendiri yang akan datang mengambilnya. Kemudian Aji Saka dan Dora pun meneruskan perjalanan, meninggalkan Sembada di Nusa Mejedi.

Bertahun kemudian, saat Aji Saka sudah bisa mengalahkan Prabu Dewata Cengkar dan bertakhta sebagai raja, ia teringat kepada Sembada, sahabatnya yang ditinggal di Nusa Majedi. Kebahagiaan Aji Saka yang telah berhasil membangun Kerajaan Medang Kamulan menjadi wilayah yang aman, tentram, makmur dan sejahtera, terasa kurang lengkap tanpa kehadiran Sembada.

Kemudian Aji Saka pun memerintahkan Dora untuk menjemput Sembada sekaligus membawa keris pusaka yang dititipkan oleh Aji Saka kepada Sembada. Aji Saka berpikir, kinilah saatnya keris itu dimanfaatkan selama ia menjadi penguasa Kerajaan Medang Kamulan.

Dora pun akhirnya meninggalkan istana menuju ke Nusa Majedi. Sesampai di tempat yang dituju, Dora kemudian bergegas menemui Sembada dan menyampaikan maksud kedatangannya. Namun, saat Dora mengajak Sembada sekaligus membawa keris pusakanya ke Kerajaan Medang Kamulan, Sembada dengan tegas menolak.

Sembada menolak karena masih ingat dan bersikukuh memegang teguh pesan Aji Saka bahwa ia harus menjaga baik-baik keris pusaka sampai Aji Saka sendiri datang mengambilnya. Keduanya kemudian terlibat dalam perdebatan sengit. Dora bersikukuh bahwa ia diutus untuk menjemput Sembada sekaligus membawa keris pusakanya ke Medang Kamulan, sementara Sembada tetap bersikukuh memegang pesan Aji Saka.

Karena kedua sahabat itu bersikukuh dengan pendirian masing-masing, akhirnya keduanya terlibat dalam perkelahian yang sangat sengit sampai titik darah penghabisan. Sembada membunuh Dora dengan menancapkan keris ke dada Dora, sedangkan Dora kemudian berhasil mencabut keris dari dadanya lalu menancapkannya ke dada Sembada yang lengah karena mengira Dora sudah mati.

Akhirnya kedua sahabat itu, Dora dan Sembada, mati dengan membawa pendirian masing-masing. Sementara itu, di negeri Medang Kamulan, Prabu Aji Saka mendapatkan firasat buruk. Sehingga Prabu Aji Saka pun bergegas untuk menuju ke Nusa Majedi.

Firasatnya benar, telah terjadi tragedi memilukan yang menimpa kedua sahabatnya akibat bersikukuh dengan pendirian masing-masing, yang semuanya benar.  Konon, untuk mengenang kesetiaan dan pengorbanan dua sahabatnya itu, Prabu Aji Saka kemudian menulis huruf-huruf yang merupakan hasil perpaduan dari huruf Palawa dan huruf Dewa Negari pada sebuah batu besar sebagai prasasti. Di dalam tulisan itu, menceritakan kejadian tragis yang menimpa dua orang sahabatnya yang gugur dalam menjalankan tugas darinya. Konon, kemudian huruf-huruf itu, dikenal sebagai huruf Jawa.


Makna dari huruf Jawa tersebut adalah sebagai berikut:

Ha Na Ca Ra Ka                  : Ada utusan

Da Ta Sa Wa La                  : Saling bertengkar

Pa Da Ja Ya Nya                 : Sama-sama digdaya

Ma Ga Ba Tha Nga           : Sama-sama jadi mayat

 



Jasaview.id

Type above and press Enter to search.