Tanah Kelahiran Tempà t teduh
Menawarkan aneka kehidupan
Menjanjikan ragam kenikmatan
Menyajikan keelokan budaya rupawan penuh keindahan
Rupa-rupa keyakinan
Beraneka kasta
Ribuan sketsa penuh warna tak mengapa
Semua duduk bersama tanpa sengketa
Salam satu budaya
Ramah rupawan warga
Menjadi ciri keseragaman cita dan asa
Kidung cinta dan cita selaras
Melodi berkasih
Nang nung nang neng gung gung
Nang neng neng gung neng neng
Nang neng gung nang nang neng nong gung
Aku bersenandung dan bernaung
Layaknya suara gamelan beradu padu dengan suara alam
Itulah potret kotaku
Kota penuh ruang keindahan
Kota yang menawarkan harapan
Kota menawan rupawan
Kota impian tempatku mengadu hidup
Tempat lahir dan kembaliku kelak
Tertidur dan terjaga
Bergerak serentak untuk terus mencinta tanah kelahiran
Bersemi tertidur dan terjaga
Bermimpi dalam nyata
Kau tetap kudekap dalam cita
Aku Minta maaf
Termenung di keheningan
Merajut yang sudah terlanjur rapuh
Mengembara menapaki tanah belukar
Mataku nanar ketika semua sudah terkapar
Selangkah kaki
Sehembus nafasku terengah
Menatap yang sudah-sudah
Aku terjaga ketika semua tlah tiada
Kuterbelalak ketika semua tlah luluh lantak
Terjerembab aku di ruang kumuh
Hingga otakku penuh hal rusuh
Kian terpuruk asaku
Makin terlunta nasibku kini
Memandang banyak hal yang meradang
Andai waktu bisa kuputar kembali
Kuingin menata kembali mimpiku
Anganku
Harapanku
Dan cita-citaku
Tapi hanya kata tapi yang mengguris hati
Semua tlah terlambat
Penyesalan kini mencemoooh diri
Aku tak bisa berbuat banyak
Untuk diriku, kotaku, bahkan bangsaku
Maafkan aku
Aku terlena di masa muda
Bunda Penny, 3 Agustus 2023, 19.08
Perempuan Berkalung Semangat
Semilir angin pagi menyapu wajahkuKicauan kepodang berdendang
Berpadu dengan cahaya mentari yang memerah
Tampak kejauhan perempuan berkalung semangat
Menyisir pagi
Menapaki jalan berkelok penuh bebatuan
Langkahnya rancak penuh semangat
Sesekali ada gelak tawa tanpa beban
Layaknya penyanyi panggung membawakan lagu cinta
Berhenti di hamparan sawah
Lahan pertanian yang penuh dengan pepadian
Menghijau bak permadani
Para perempuan itu dengan sigap menyiangi padi yang kian bertumbuh
Suara sorai perempuan itu beradu
Sesekali mereka bercerita tentang si Ponirah
Si Paijah
Bahkan sampai si Mukidi
Layaknya sutradara mereka bebas membuat cerita
Bahagianya para perempuan desa itu
Tiap hari berkawan mentari
Menjalani hari tanpa tendensi
Menjadi kawan hidup para suami
Menjadi istri berbakti
Menjadi ibu anak-anak berbudi
Bahagialah para perempuanku
Darimu aku belajar tentang rumus kebahagiaan yang bermutu
Bunda Penny, 3 Agustus 2023 , 20.10