GpGlBSW0TfG8TpY7TpOiTUz5Gd==

Spirit dan Perjuangan di Balik Pendirian Rumah Baca Bintang

Menyebarkan virus literasi dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan menjadi spirit yang terus menggerakkan saya mengembangkan Rumah Baca Bintang yang saya dirikan. (Foto: Ist/Khazanahgrobogan)
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!” (QS. Al-'Alaq: 1)

Membaca adalah perintah sekaligus wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Ketika itu, malaikat Jibril datang menemui Nabi Muhammad yang sedang bertafakur di Gua Hira’ dan memberikan 5 ayat pertama Surat Al-Alaq.

Dan dari sinilah awal mula mengapa saya mulai berinisiatif untuk bergerak mendirikan Rumah Baca Bintang yang sekaligus merupakan kediaman tempat saya tinggal bersama kedua orangtua.

Kondisi masa kecil yang untuk mendapatkan akses buku bacaan begitu sulit dan butuh pengorbanan, juga menjadi salah satu alasan yang mendorong saya untuk memiliki sebuah perpustakaan. Terlebih letak rumah saya yang berada di pelosok desa, jauh dari ibu kota kabupaten, menjadi salah satu penghambat untuk mendapatkan akses buku bacaan saat itu.

Belum lagi, pekerjaan ayah yang hanya seorang buruh bangunan dengan penghasilan yang tidak seberapa untuk menghidupi keluarga, menjadi alasan mengapa kebutuhan untuk urusan perut lebih penting daripada “sekadar” membeli buku.

Beranjak remaja, saat menginjak bangku sekolah menengah, kegemaran membaca masih terjaga dengan baik. Perpustakaan sekolah dengan koleksi bahan bacaan yang ala kadarnya, menjadi salah satu tempat favorit untuk saya kunjungi, sekadar mencari bacaan guna mengisi waktu senggang. Saya biasa meminjam buku dari perpustakaan sekolah untuk saya baca di rumah.

Berkesempatan berfoto bersama Najwa Shihab, Duta Baca Indonesia ketika itu. (Foto: Ist/Khazanaggrobogan)
Dan pada akhir lulus sekolah menengah atas, keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi terpaksa harus saya pendam mengingat orangtua tidak mampu membiayai. Terpaksa, saya harus bekerja agar mimpi dapat mengenyam pendidikan tinggi bisa tercapai. Sampai akhirnya, saya mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan di sela waktu bekerja.

Saya diterima menjadi tenaga administrasi di sebuah sekolah swasta. Penghasilan saya yang tidak seberapa, membuat saya harus pintar-pintar mengatur pengeluaran agar bisa menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi sebagai sarjana dengan baik, tanpa harus mengganggu waktu bekerja.

Kecintaan terhadap dunia literasi dan berkomunitas menjadi salah satu penyemangat saya. Terlebih berada di lingkungan yang mendukung dan memberikan energi positif, mengantar saya semakin bersemangat menggapai mimpi agar dapat bermanfaat bagi sesama yang membutuhkan dan haus akan ilmu pengetahuan.

Meski tak jarang, perundungan saya alami, dan diremehkan oleh orang-orang yang memandang sebelah mata, terlebih karena latar belakang ekonomi orangtua saya yang kurang mampu. “Anak babu kok mau kuliah, mana mungkin bisa menjadi sarjana.” Cibiran yang justru menjadi pelecut saya untuk bersegera membuktikan bahwa anggapan itu salah. Karena pendidikan sejatinya adalah hak bagi setiap anak untuk menggapai mimpi dan cita-citanya.

Bersama boneka dan sertifikat Penghargaan SATU Indonesia Awards (SIA) Tingkat Provinsi Jawa Tengah 2021 dari Astra Internasional. (Foto: Ist/Khazanahgrobogan)
Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya bisa membuktian bahwa anak babu yang pernah diremehkan dan dipandang sebelah mata itu, akhirnya dapat menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi dan berhak menyandang gelar sarjana ilmu perpustakaan.

Dengan latar belakang masa kecil yang tidak mengenakkan, membuat saya termotivasi agar ilmu yang saya dapat bisa bermanfaat bagi sesama yang membutuhkan. Kegiatan berkomunitas dengan mendatangi daerah-daerah pelosok, menjadikan saya lebih terbuka dan merasa lebih bersyukur karena ternyata masih banyak orang yang kondisinya jauh lebih kurang beruntung dibanding keadaan saya.

Sampai suatu ketika, saya mengalami sebuah pergolakan batin, di mana saya merasa malu dan tertampar, lantaran meski merasa berhasil meraih gelar sarjana ilmu perpustakaan dan bekerja di perpustakaan, namun saya tidak memiliki perpustakaan sendiri.

Dari pergolakan batin itu, akhirnya saya mulai mengumpulkan buku bacaan pribadi dan mulai memberanikan diri untuk mendirikan Rumah Baca yang bertempat di kediaman orangtua. Meski dengan koleksi bahan bacaan yang masih terbatas dan sempat mendapatkan pertentangan dari orangtua, tidak menghalangi saya untuk bisa mengembangkan rumah baca yang saya beri nama “Rumah Baca Bintang “. Dan sampai akhirnya, orangtua rela dan mendukung penuh apa yang telah dilakukan oleh anaknya.

Rumah baca yang saya dirikan berkonsep mandiri dan terbuka, untuk siapa saja yang haus akan ilmu pengetahuan bisa mengakses buku bacaan tanpa dipungut biaya sepeser pun alias gratis. Seiring berjalannya waktu, koleksi buku bacaan semakin bertambah dengan perjuangan dan kerja keras yang sungguh sangat luar biasa.

"Pelayanan sejati akan terlihat dalam kerendahan hati kita saat melayani Allah dan sesama."

Saya tidak peduli lagi dengan anggapan yang mengecilkan dan melemahkan semangat untuk terus bermanfaat bagi sesama. Banyak tantangan yang saya hadapi, terutama anggapan bahwa minat baca masyarakat rendah dan buku sudah tidak relevan lagi di era digital seperti sekarang ini.

Mungkin, banyak orang yang beranggapan seperti itu, mereka mengira buku fisik hanya sekedar lembaran kertas biasa. Namun sejatinya, buku fisik juga telah berkembang sedemikian rupa menyesuaikan gairah peminatnya. Mulai dari buku pop up yang ketika dibuka lembaran halamannya akan timbul, buku bantal yang cocok untuk anak-anak prasekolah, buku yang bisa bersuara, puzzle book, busy books, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dan seiring berjalannya waktu, prestasi, kebermanfaatan, dan pembuktian menjadi salah satu alasan mengapa saya harus tetap bertahan untuk terus mengembangkan rumah baca yang saya dirikan secara mandiri dan penuh perjuangan. Meski entah sampai kapan, hari ini, esok, lusa, atau sampai akhir hayat ini? Semoga semangat itu tetap terjaga. (LNS - Redaksi Khazanah Grobogan)

 



Jasaview.id

Type above and press Enter to search.