GpGlBSW0TfG8TpY7TpOiTUz5Gd==

Asal-usul Desa Bugel, Dari Kata “Mlebu Setugel”

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menghadiri Festival Sega Pager 2020 yang diadakan di Desa Bugel, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan. (jatengprov.go.id)
Khazanahgrobogan.com - Desa Bugel adalah salah satu dari 28 desa yang berada di Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan. Desa Bugel memiliki luas wilayah kurang lebih  0,73 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 3.599 jiwa.

Letak Desa Bugel termasuk strategis karena dilintasi Jalan Raya Purwodadi Semarang dan berada di dekat pusat Kecamatan Godong. Karena itu, denyut perekonomian warga Desa Bugel lebih banyak ke sektor perdagangan ketimbang pertanian sebagaimana layaknya sebuah desa. Di samping juga sebagai pegawai, baik swasta maupun negeri, dan home industry seperti produksi roti dan sirup.

Konon, nama Bugel berasal dari akronim dalam Bahasa Jawa “mlebu setugel” yang artinya “masuk sebagian”. Ada dua versi terkait asal-usul nama ini. Versi pertama berdasarkan Data Rupabumi Wilayah Administrasi Desa-Kelurahan Kabupaten Grobogan tahun 2012 yang menyebutkan bahwa nama Bugel diperoleh karena pada zaman dahulu wilayah yang kini menjadi Desa Bugel, sebagian masuk wilayah Desa Ketitang dan sebagian lagi masuk wilayah Desa Godong.

Secara geografis, Desa Bugel memang diapit oleh kedua desa tersebut. Tetapi baik Desa Ketitang maapun Desa Godong tidak mengakui bahwa Bugel masuk pada wilayah mereka. Akhirnya warga Bugel sepakat membentuk desa sendiri dan menamai desanya dengan Bugel.

Versi kedua menyebutkan bahwa penamaan Bugel sudah terjadi sejak masa Kesultanan Demak Bintara. Diceritakan, pada masa lalu, Desa Bugel masuk dalam kekuasaan wilayah Kesultanan Demak. 

Oleh Prabu Brawijaya V, Raden Patah diizinkan dan bahkan diangkat menjadi Adipati di Demak Bintara. Kemajuan Demak Bintara sangat pesat dan pengaruhnya sampai menyusup ke daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Beberapa bangsawan Majapahit sudah mulai masuk agama Islam.

Setelah Majapahit runtuh, Kesultanan Demak pun berdiri dengan Raden Patah sebagai sultan pertama dengan gelar Senapati Jimbun Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Dengan keruntuhan Majapahit, maka Kesultanan Demak menjadi kerajaan Islam di Jawa sekaligus menjadi penguasa tunggal.

Diceritakan, karena merasa terdesak oleh kekuasaan Kesultanan Demak, maka sisa-sisa pasukan Majapahit yang tidak mau tunduk kepada kekuasaan Kerajaan Islam Demak masuk dan berkumpul secara bergantian di suatu tempat di tepian wilayah Kerajaan Demak, yang sekarang dikenal sebagai Desa Bugel, untuk kemudian melarikan diri dan menyingkir ke Ponorogo dan ke lereng Gunung Lawu.

Jadi, menurut versi kedua ini, Bugel yang akronim dari kata “mlebu setugel” bermakna masuknya sebagian sisa–sisa pasukan yang melarikan diri ke daerah Ponorogo dan sebagian lagi melarikan diri ke lereng Gunung Lawu. Wallahu a’lam. (BMA – Redaksi Khazanah Grobogan)

 



Jasaview.id

Type above and press Enter to search.