GpGlBSW0TfG8TpY7TpOiTUz5Gd==

Potret Terkini Api Abadi Mrapen, Objek Wisata Sejarah dan Keajaiban Alam di Kabupaten Grobogan

Api Abadi Mrapen, objek wisata sejarah dan keajaiban alam di Kabupaten Grobogan. (BMA/Khazanahgrobogan)
Khazanahgrobogan - Hai, kapan terakhir kalian berkunjung ke objek wisata Api Abadi Mrapen? Tak terasa, ternyata sudah lama saya juga tidak berkunjung ke objek wisata yang sudah “diakuisisi” oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah.

Ya, sejak tahun 2012, kompleks objek wisata Api Abadi Mrapen ini resmi dibeli dan dikelola oleh Pemprov Jawa Tengah. Kompleks wisata berlatar sejarah dan keajaiban alam ini kemudian dibiayai miliaran rupiah dan setiap spotnya “disulap” menjadi lebih wah.

“Revitalisasi” objek wisata Api Abadi Mrapen seperti itu, harus diakui, menghadirkan ekspektasi objek wisata “keramat” itu akan lebih bergairah dan menyedot semakin banyak lagi pengunjung. Tapi, sayangnya, sepertinya fakta berkata lain.

Justru pengunjung semakin hari semakin menurun. Pengunjung baru ramai bila ada momen-momen tertentu, seperti pengambilan api untuk event pekan olah raga maupun pengambilan api Dharma dalam rangka perayaan Waisak.     

Saya tidak tahu persis apa penyebab menurunkan animo pengunjung ke objek wisata Api Abadi Mrapen ini. Boleh jadi, pengelola belum optimal mengeksplorasi sejumlah atraksi wisata di Api Abadi Mrapen yang amat potensial itu, lalu mempromosikannya secara masif.

Sore kemarin, (6/6/2023) saya menyempatkan berkunjung ke objek wisata Api Abadi Mrapen. Suasana sepi pengunjung. Hanya ada beberapa pengunjung yang sepertinya baru selesai berlatih menari.

Di kompleks wisata Api Abadi Mrapen memang dilengkapi fasilitas pendopo yang bisa dimanfaatkan secara gratis oleh pengunjung, sejak sekedar tempat rehat dan ngobrol hingga latihan menari seperti itu.

Saat kita memasuki kompleks wisata Api Abadi Mrapen, maka kita akan dibuat takjub dengan bangunan-bangunannya yang wah. Berbeda jauh dengan sebelum objek wisata ini dibangun. Agar kalian bisa membayangkan, berikut ini saya hadirkan beberapa fotonya:

1. Pendopo Objek Wisata Api Abadi Mrapen


Pendopo di kompleks objek wisata Api Abadi Mrapen. (BMA/Khazanahgrobogan)

2. Spot Foto Bertuliskan “Api Abadi Mrapen”

Spot foto bertulisakan Api Abadi Mrapen. (BMA/Khazanahgrobogan)

3. Ruang Tempat Menyimpan Batu Bobot Peninggalan Sunan Kalijaga


Batu bobot peninggalan Sunan Kalijaga dengan berat kurang lebih 20 kg. (BMA/Khazanahgrobogan)

Batu bobot yang beratnya sekitar 20 kg ini, dulu pernah diangkat oleh seorang pemuda Belanda, kemudian dijatuhkan sehingga pecah. Akhirnya disatukan kembali dengan cara ditali dengan tampar.

Ruang tempat penyimpanan batu bobot peninggalan Sunan Kalijaga abad XV. (BMA/Khazanahgrobogan)

4. Api Abadi Mrapen

Api abadi ini pernah padam, lalu bisa dihidupkan kembali. (BMA/Khazanahgrobogan)

Api abadi ini sempat padam selama kurang lebih 6 bulan, lalu bisa dihidupkan lagi. Bila ingin melihat kobaran apinya, bisa meletakkan sejumlah benda yang mudah terbakar seperti kertas dan daun kering ke sumber api.

5. Sendang Dudo


Sendang dudo yang dikelilingi pagar cantik. (BMA/Khazanahgrobogan)

Dulu, air di Sendang Dudo ini mengeluarkan gelembung-gelembung seperti air yang sedang direbus. Tapi sekarang sudah tidak lagi.

Air sendang dudo yang tidak lagi seperti mendidih. (BMA/Khazanahgrobogan)

6. Gedung Olah Raga


Gedung Olahraga (GOR) di kompleks objek wisata Api Abadi Mrapen. (BMA/Khazanahgrobogan)

7. Pusat Jajanan


Pusat jajanan di kompleks Api Mrapen Abadi. (BMA/Khazanahgrobogan)
Di kompleks objek wisata Api Mrapen Abadi juga dilengkapi pusat jajanan sehingga pengunjung bisa duduk sambil menikmati jajanan yang ada.

Bagaimana, bagus kan? Ya baguslah, dibiayai miliaran rupiah masa tidak bagus. Sayangnya, setelah dibangun sebagus itu, tidak otomatis menjadikan objek wisata ini ramai. Padahal secara potensi, objek wisata ini sangat berpotensi untuk menyedot pengunjung.

Saat berkunjung ke objek wisata ini sore kemarin, sembari menyeruput es kelapa muda, saya berbincang dengan Tuminah (60), salah satu pedagang di kompleks objek wisata Api Abadi Mrapen. Ternyata, Ibu Tuminah ini sudah berjualan di kompleks Api Abadi Mrapen sejak tahun 1980, jauh sebelum objek wisata ini dikelola Pemprov Jawa Tengah.

Menurut Ibu Tuminah, jumlah pengunjung objek wisata Api Abadi Mrapen justru lebih banyak ketika objek wisata ini belum dibangun. Salah satu penyebabnya, menurutnya, adalah tidak adanya wahana permainan anak, sehingga objek wisata ini tak lagi menjadi jujugan wisata keluarga.

Gambaran serupa juga saya dapatkan saat berbincang dengan Annas Rofiqi (30), petugas pengelola objek wisata Api Abadi Mrapen. Dari informasinya, jumlah pengunjung objek wisata Api Abadi Mrapen memang tidak signifikan.

“Sebulan kurang lebih 1.000 pengunjung. Tapi lebih banyak kurangnya daripada lebihnya,” kata Anas sembari agak berseloroh.

Annas Rofiqi membagi pengunjung objek wisata Api Abadi Mrapen ke dalam dua kategori: pengunjung umum dan pengunjung khusus. Pengunjung umum yang dimaksud adalah pengunjung yang datang ke objek wisata ini karena memang ingin melihat api abadi yang ada di sini. Adapun pengunjung khusus adalah mereka yang berkunjung ke objek wisata ini karena ingin melakukan ritual keagamaan.

Sebagai warga asli Grobogan, yang pernah memiliki kebanggaan terhadap objek wisata ini, saya tentu masih berharap agar objek wisata berbasis sejarah dan kejaiban alam ini suatu hari nanti dikelola dengan lebih optimal lagi oleh Pemprov Jateng, sehingga menyedot banyak pengunjung.

Bukan tidak mungkin, dengan pengelolaan yang baik, objek wisata Api Abadi Mrapen akan bisa kembali menjadi jujugan wisata seperti dulu. Semoga.  

(BMA – Khazanah Grobogan)

 



Jasaview.id

Type above and press Enter to search.