GpGlBSW0TfG8TpY7TpOiTUz5Gd==

Tradisi Sedekah Bumi Desa Sugihmanik: dari Kirab Budaya hingga Pembersihan Telaga Peninggalan Sunan Kalijaga

Petugas pembersih telaga Sendangsari sedang menyantap ingkung bebek sebagai syarat dalam pembersihan telaga. (BMA/Khazanahgrobogan)
Khazanahgrobogan – Bulan Apit atau bulan Dzulqadah dalam kalenderium Hijriah, menjadi momentum masyarakat Jawa untuk melakukan tradisi Apitan atau sering juga disebut Sedekah Bumi. Tak terkecuali tradisi yang berlangsung di Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan.

Setiap tahun sekali di bulan Apit, tepatnya pada hari pasaran Selasa Kliwon, pemerintah desa beserta masyarakat Sugihmanik menyelenggarakan acara Apitan yang dilakukan secara meriah dan unik. Prosesi Apitan mengikuti tradisi yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Apitan Desa Sugihmanik tahun ini jatuh pada hari Selasa (13/6/2023) ditandai dengan prosesi membersihkan telaga Sendangsari, sebuah sumber mata air petilasan Sunan Kalijaga. Prosesi membersihkan telaga dilakukan pagi hari sekitar pukul 07.00 disaksikan oleh masyarakat sekitar.

Keunikan Prosesi Pembersihan Telaga

Prosesi pembersihan telaga berlangsung unik karena sesuai adat yang telah berlaku turun-temurun, mereka yang bertugas membersihkan telaga harus merupakan keturunan asli Desa Sugihmanik. Jumlah petugas juga harus ganjil.

Keseruan ibu-ibu makan bersama dalam rangkaian Apitan di Desa Sugihmanik yang diadakan di kompleks telaga Sendangsari. (BMA/Khazanahgrobogan)
Selain itu, saat membersihkan telaga, tidak boleh pakai celana, cukup memakai sarung. Mereka juga musti menyantap ingkung bebek dan minuman air tape atau badeg yang juga menjadi syarat membersihkan telaga.  

Setelah itu, siangnya sekitar pukul 13.00, digelar langen tayub yang diselenggarakan di Balai Panjang yang juga merupakan petilasan Sunan Kalijaga. Balai Panjang memiliki jejak sejarah sebagai tempat Sunan Kalijaga beristirahat (ngaso) bersama para pendhereknya saat misi pencarian kayu sirap dan saka untuk Masjid Agung Demak.

Sebelum dan sesudah pembersihan telaga dan pagelaran langen tayub, masing-masing digelar doa dan makan bersama. Prosesi dalam tradisi Apitan tersebut dilakukan sebagai napak tilas jejak Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan Islam di Desa Sugihmanik, sekaligus wujud rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan yang telah memberikan rezeki yang melimpah.

Meriahnya Kirab Budaya

Kasi Pemerintahan Desa Sugihmanik, Evien Hidayanto, memimpin rombongan pembawa bende pusaka peninggalan Sunan Kalijaga dalam kirab budaya Sedekah Bumi 2023 desa setempat. (BMA/Khazanahgrobogan)
Sehari sebelumnya, Senin (12/6/2023) digelar kirab budaya yang diikuti jajaran perangkat desa dan BPD, serta sejumlah elemen masyarakat di Desa Sugihmanik. Kirab budaya menjadi daya tarik masyarakat Sugihmanik dan sekitarnya. Ratusan warga berduyun-duyun menyaksikan kirab tersebut.

Salah satu yang memiliki makna dalam kirab tersebut adalah adanya bende pusaka peninggalan Sunan Kalijaga yang dibawa serta dalam kirab. Bende dimasukkan dalam kotak berlapis kain putih dan digotong empat pemuda yang berperan sebagai manggala yudha. Rombongan pembawa bende pusaka dipimpin Kasi Pemerintahan Desa, Evien Hidayanto.

Malamnya, selepas Isya, dihelat pentas wayang dengan menghadirkan dalang Ki Anom Dwijo Kangko dari Surakarta. Pagelaran wayang ini menyedot antusiasme masyarakat untuk menyaksikannya.

Sebelum pentas wayang, digelar prosesi penyerahan bende pusaka dari Kasi Pemerintahan Desa, Evien Hidayanto, kepada Kepala Desa Sugihmanik, Imam Santoso. Setelahnya, dilakukan pembacaan sejarah ringkas asal-usul Desa Sugihmanik oleh tokoh masyarakat yang juga mantan kades Sugihmanik, Istiyanto. (BMA – Khazanah Grobogan)

 



Jasaview.id

Type above and press Enter to search.