Warung Sega Pecel Gambringan Mbak Yayuk menjadi pilihan bagi yang ingin bernostalgia menyantap lezatnya sega pecel Gambringan. (BMA/Khazanahgrobogan) |
Sekitar tahun 1940-an, diketahui puluhan warga Tambirejo menjajakan nasi pecel di dalam kompleks Stasiun Gambringan. Sehingga nasi pecel itu pun kondang dengan sebutan sega pecel Gambringan.
Tahun 2012, PT KAI mengeluarkan regulasi yang melarang penjual makanan dan minuman serta dagangan lainnya masuk ke dalam kompleks stasiun. Regulasi itu membuat para penjual sega pecel Gambringan tak lagi bisa berjualan di dalam stasiun. Padahal Stasiun Gambringan telah menjadi lokus berjualan mereka selama puluhan tahun.
Sejak saat itulah, penjual sega pecel Gambringan mencari lokus-lokus baru untuk berjualan di luar stasiun. Ada yang bertahan berjualan di sekitar stasiun, meski di luar. Ada pula yang mencari peruntungan dengan membuka kedai dan lapak di tempat-tempat yang sama sekali baru dan jauh dari stasiun, di antaranya di dalam kota Purwodadi.
Tidak ada lagi penjual sega pecel Gambringan di stasiun kereta atau di dalam kereta, membuat banyak penggemarnya merasa kehilangan. Menikmati lezatnya sepincuk sega pecel Gambringan di kompleks stasiun atau di dalam gerbong kereta menjadi tinggal kenangan, menjadi nostalgia yang seringkali membuncahkan kerinduan tersendiri.
Bernostalgia di Warung Pecel Mbak Yayuk
Sega pecel Gambringan Mbak Yayuk masih menjaga otentisitas cita rasanya. (BMA/Khazanahgrobogan) |
Tapi bila ingin bernostalgia menikmati nasi pecel Gambringan dengan nuansa Stasiun Gambringan, dengan sesekali terdengar suara deru kereta api, maka pilihannya adalah di Warung Pecel Mbak Yayuk. Warungnya persis berada di belakang Stasiun Gambringan.
Pemilik warungnya bernama Sri Rahayu atau biasa dipanggil Mbak Yayuk. Ia telah berjualan sega pecel Gambringan sejak sekira dua puluh tahun lalu, meneruskan tradisi ibu dan neneknya yang juga penjual sega pecel Gambringan.
Warung milik Mbak Yayuk ini menjadi jujugan para penggemar sega pecel Gambringan yang ingin bernostalgia menyantap sepincuk sega pecel Gambringan di lokasi yang tak jauh dari Stasiun Gambringan, tempat kuliner ini berasal.
Rempeyek menjadi pelengkap menyantap sega pecel Gambringan. (BMA/Khazanahgrobogan) |
Lalu apa beda sega pecel Gambringan dengan nasi pecel pada umumnya? "Bila lidah seseorang peka, perbedaan bisa dari cita rasa sambalnya," tutur Mbak Yayuk.
Menurutnya, sambal pecel Gambringan tidak dominan manis. Tapi sedep, paduan gurih dan asin, dengan tone manis yang tipis.
Selain itu, menurut Mbak Yayuk, kondimen sayuran yang menjadi ciri khas sega pecel Gambringan adalah daun pepaya, bunga turi, dan yang musiman adalah kecipir muda. Lalu pelengkap menikmati sega pecel Gambringan yang paling populer di masa lalu selain kripik tempe adalah rempeyek udang dan ikan wader.
Namun karena penjual sega pecel Gambringan makin berkurang, terutama sejak regulasi baru PT KAI, maka nelayan yang biasa menjadi pemasok udang dan ikan wader juga berkurang. Hingga pada akhirnya, kini sudah tidak ada lagi. Sebagai gantinya, para penjual sega pecel Gambringan menggantinya dengan ebi atau grasak, yang banyak dijumpai di pasaran.
Salah seorang yang memiliki kenangan menikmati sega pecel Gambringan di atas kereta api adalah Sona Romaya, seorang pencinta dunia perkeretaapiaan atau yang populer disebut railfans.
Ya ya, begitu Sona Romaya biasa disapa, bercerita sering menikmati sega pecel Gambringan saat naik KA Fider Tawang Jaya jurusan Bojonegoro-Semarang. Ia naik KA Fider Tawang Jaya dari Stasiun Kradenan dengan tujuan Brumbung (Mranggen). Saat di kereta api itulah ia sering menikmati lezatnya sega pecel Gambringan.
Kenangan itu mengguratkan kesan tersendiri bagi Yaya, sebuah kesan yang sangat mendalam. Apalagi kalau sedang hujan, bagi Yaya itu adalam momentum di mana sega pecel Gambringan selalu membuncahkan kenangan. Memantiknya untuk bernostalgia. (BMA – Khazanah Grobogan)