Becek goreng Bu Yati. Cita rasanya sangat lezat. (BMA-Khazanahgrobogan) |
Paryati (60) atau yang akrab disapa Bu Yati—pengelola RM. Spesial Becek Bu Yati, saat mengisahkan perjalanannya berjualan becek menuturkan bahwa ia telah berjualan becek sejak tahun 1990-an.
Saat itu, perempuan kelahiran 1963 itu membuka kantin di kompleks kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Grobogan. Selain menu becek, Bu Yati juga menyajikan menu-menu lainnya, seperti nasi rames, namun becek menjadi menu spesialnya.
Setelah sekitar 20 tahun membuka kantin, sekitar tahun 2010, Bu Yati memutuskan membuka warung makan di rumahnya alias tidak lagi berjualan di kantin kompleks kantor. Alasannya, karena suaminya—yang seorang pegawai Dishub—meninggal dunia.
Sempat kontrak di pinggir jalan raya Purwodadi-Solo, namun karena tidak ada tempat parkir memadai, warung pun sepi. Akhirnya, Bu Yati membuka warung di rumahnya sendiri hingga sekarang.
Meski awalnya Bu Yati tidak hanya menyediakan menu becek, namun juga menyajikan menu-menu lainnya seperti nasi opor, gudeg, dan rawon, namun menu becek nampaknya sudah telanjur melekat dan menjadi citra bagi rumah makannya. Sehingga hampir semua pengunjung, baik pribadi maupun rombongan, yang datang ke rumah makan Bu Yati, selalu mencari menu becek.
Rombongan pengunjung saat menyantap nasi becek di RM. Spesial Becek Bu Yati. (BMA/Khazanahgrobogan) |
Becek buatan Bu Yati terkenal enak dengan resep otentik yang tidak pelit bumbu. Kuah beceknya bercita rasa segar dan gurih. Iga sapi yang menjadi bahan utama becek juga mrupul dagingnya, empuk dan tidak alot.
Selain becek orisinal dengan protein iga sapi, Bu Yati juga menyediakan becek ayam yang diperuntukkan bagi yang kurang suka daging. Bahkan, Bu Yati juga berinovasi membuat becek goreng di mana iga sapinya dipisah dari kuahnya, lalu digoreng dengan tambahan kecap.
Dalam becek goreng, daging yang menempel pada tulang berubah cita rasanya menjadi gurih dengan tone manis karena bubuhan kecap saat digoreng. Dipadu dengan kuah becek yang gurih, becek goreng mencuatkan sensasi cita rasa tersendiri. Seporsi becek disajikan dengan sepiring nasi, yang di rumah makan Bu Yati, pengunjung bisa mengambil nasi sepuasnya.
Bu Yati sendiri mengenal becek ketika kakeknya punya hajat dan menyembelih sapi. Saat itu, kakeknya meminta agar jerohan dan balungannya dibuat menu becek. Saat itulah Bu Yati mengenal menu becek dan kelak menjadi menu di rumah makan yang didirikannya. (BMA – Khazanah Grobogan)