Andi Patoppoi, Bupati Grobogan tahun 1954-1958. (Foto: istimewa) |
Khazanahgrobogan - Tak banyak masyarakat Grobogan yang mengenalnya. Padahal ia pernah menjabat sebagai Bupati Grobogan tahun 1954-1958. Namanya Andi Patoppoi. Dilahirkan di Kajura, Bone, Sulawesi Selatan, pada 1910. Ayahnya, La Temmu Page Arung Labuaja, adalah seorang penguasa tertinggi Labuaja sekaligus Panglima Perang Kerajaan Bone terakhir.
Meski ayahnya seorang yang anti Belanda, namun Andi Patoppoi mengenyam pendidikan gaya Belanda secara baik. Sehingga sejak muda, Andi Patoppoi sudah menjadi pegawai negeri pemerintah Hindia Belanda. Berkali-kali pindah tugas, pada 1951-1954 ia ditugaskan ke Jawa dengan menjadi Asisten Residen Koordinator Daerah Pati, Kudus, Jepara, dan Blora.
Lalu diangkat menjadi Bupati Grobogan tahun 1954-1958, berkantor di Purwodadi. Saat menjadi Bupati Grobogan, ia merangkap sebagai Ketua Umum Partai NU Purwodadi (1954-1958). Juga sebagai pelindung Panitia Kongres I Jamiyah Thariqat Mu’tabarah pada tahun 1957.
Darah ayahnya yang seorang panglima perang rupanya menitis di darah Andi Patoppoi. Ia dikenal sebagai sosok pemberani tanpa mengenal rasa takut. Postur tubuhnya yang tinggi-besar, berkulit gelap-bersuara lantang, menjadi ciri khasnya, sehingga ia mudah dikenali.
Saat menjabat Bupati Grobogan, Andi Patoppoi secara terbuka dan terang-terangan menyatakan diri sebagai Ketua Umum Partai NU. Ia tak gentar kendati Grobogan ketika itu kawentar sebagai basis utama PKI yang menjadi rival terbesar Partai NU. Andi Patoppoi sangat serius menjalankan tugasnya sebagai Ketua Partai NU. Sehingga Partai NU di wilayah kerjanya menjadi besar berkat kerja kerasnya.
Andi Patoppoi memang dikenal sebagai warga NU tulen. Di mana-mana ia selalu menunjukkan jati dirinya sebagai seorang nahdliyyin. Semasa hidupnya pernah menjabat Ketua Pepermi (Persatuan Pengasuh Rakyat Muslimin Indonesia)—sebuah wadah bagi orang NU yang menjadi pegawai negeri, semacam Korpri-nya orang NU. Ia menggantikan KH. Musta’in—Bupati Tuban—yang meninggal dunia tahun 1963.
Ketika pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan monoloyalitas, di mana seluruh pegawai negeri wajib mendukung Golkar, Andi Patoppoi tetap setia di dalam NU. Sejak 1972, ia menjadi anggota DPRD Sulawesi Selatan dari Partai NU. Ketika MPRS terbentuk, ia menjadi anggotanya mewakili NU.
Ketika perkembangan politik mengantarkan NU berfusi ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP), ia juga turut berkampanye untuk PPP. Lalu ia duduk di Fraksi Persatuan pembangunan (FPP) DPRD Sulawesi Selatan dari unsur NU, sampai ia meninggal dunia.
H. Andi Patoppoi meninggal dunia
pada September 1977. Jasadnya dimakamkan di pemakaman umum Panaikang, Makassar.
Cucunya yang tertua, Andi Alfian Malllarangeng, pernah menjadi Menteri Pemuda
dan Olah Raga Kabinet Indonesia bersatu II.