GpGlBSW0TfG8TpY7TpOiTUz5Gd==

Balada Lik Kirno, Berjualan Keliling Mi Tek-tek Nunjungan Sejak 2009

Lik Kirno sedang membuatkan mi tek-tek pesanan pelanggannya. (Khazanahgrobogan/BMA)

Khazanahgrobogan - Salah satu kuliner khas Grobogan yang cukup fenomenal adalah mi tek-tek atau mi thok Nunjungan. Betapa tidak. Ratusan warga Dusun Nunjungan, Desa Ketitang, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, tiap malam diketahui menjajakan kuliner ini.

Lokus berjualannya tidak hanya di Godong saja, namun juga hampir di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Grobogan. Bahkan sudah ekspansif lintas kabupaten dan kota, seperti Blora, Pati, Kudus, Demak, dan Semarang.

Di Godong sendiri banyak warga Nunjungan yang berjualan mi tek-tek, baik yang mangkal di suatu tempat maupun yang berjualan secara berkeliling menggunakan gerobak. Salah satu warga Nunjungan yang memilih berjualan mi tek-tek dengan cara berkeliling bernama Sukirno—atau pelanggannya biasa menyapanya dengan Lik Kirno.  

Lik Kirno adalah warga Nunjungan yang berjualan keliling mi tek-tek sejak tahun 2009. Sebelumnya, dia murni menggantungkan sumber ekonominya dari menggarap sawah alias menjadi petani. Karena sebagai petani banyak jeda waktu “menganggur”, tercetuslah ide menggunakan waktu malamnya berjualan mi tek-tek yang memang umum dijadikan sumber ekonomi warga Nunjungan.

Akhirnya, berjualanlah Lik Kirno. Menjajakan  mi tek-tek setiap malam menggunakan gerobak dorong. Resep mi tek-teknya diperoleh dari mertuanya—yang dulu juga dikenal sebagai pedagang mi tek-tek.

Seporsi mi tek-tek dilengkapi 5 tusuk sate dan dibanderol harga Rp 15 ribu. (Khazanahgrobogan/BMA)
Rute berjualan Lik Kirno sejak awal berjualan sampai sekarang tidak pernah berubah. Setiap malam Lik Kirno menjajakan mi tek-teknya di sepanjang Jalan Much Kurdi, Desa Bugel. Sampai di ujung jalan, lalu belok ke utara, menyusuri jalan pinggir kanal yang membelah Desa Bugel. Setelahnya, sekira jam 22, Lik Kirno mangkal di pinggir jalan raya Purwodadi – Semarang, tepatnya di depan Bakso Dewa, sampai mi-nya habis.

Setiap malam Lik Kirno tetap berjualan meski hujan deras mengguyur. “Ya tetep dodolan mas (meski hujan). Biasane sampai jam dua mi baru habis,” jelas Lik Kirno.

“Libur jualannya setiap malam Jumat, karena ada acara yasinan di kampung. Juga saat paginya harus menggarap sawah,” jelas Lik Kirno lebih lanjut.

Mi tek-tek Lik Kirno tetap mempertahankan resep otentik yang dia peroleh. Termasuk cara memasak mi yang masih bertahan menggunakan anglo dan bahan bakar arang kayu. Seporsi mi tek-tek Nunjungan dengan 5 tusuk sate ayam dibanderol Rp 15 ribu. Mi tek-tek Nunjungan sendiri telah eksis sejak sekira tahun 1975. 

 



Jasaview.id

Type above and press Enter to search.