Potret lawas yang menggambarkan kawasan Simpanglima Purwodadi. (Foto: istimewa) |
Khazanahgrobogan - Kabupaten Grobogan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota kabupatennya berada di Kota Purwodadi. Sebelumnya, ibukota Kabupaten Grobogan terletak di Kelurahan Grobogan, akan tetapi kemudian dipindah ke Purwodadi pada tahun 1864.
Budaya yang paling terkenal di Kabupaten Grobogan adalah seni tayub, dengan
pemainnya yang melegenda bernama Lasmi dari Desa Kropak, Kecamatan Wirosari.
Kuliner khas paling ikonik dari Kabupaten Grobogan adalah swike dan nasi becek.
Terkait asal-usul nama Grobogan, kisah yang masyhur dan sering diceritakan
adalah kisah kemenangan yang diraih oleh pasukan Demak yang dipimpin oleh Sunan
Kudus dan Sunan Ngundung atas Kerajaan Majapahit.
Hadi Prayitno dalam buku Legenda, Mitos, dan Sejarah 35 Kota di Jawa Tengah (2015) mengisahkan, setelah Prabu Kertabumi Brawijaya V mangkat, Raden Patah menugaskan Sunan Kudus dan Sunan Ngundung untuk memimpin prajurit Demak menyerang Kerajaan Majapahit yang dikuasai oleh Girindrawardhana.
Sebagai putra Prabu Brawijaya, Raden Patah merasa lebih berhak atas wilayah
Majapahit. Di samping juga, sepeninggal Prabu Brawijaya, terjadi kemelut
kekuasaan di Kerajaan Majapahit, sehingga pertahanan kerajaan semakin melemah.
Dalam penyerangan itu, prajurit Demak yang dibantu oleh kadipaten lain yang
telah menjadi bagian dari kekuasaan Kesultanan Demak, berhasil memperoleh
kemenangan. Bahkan prajurit Demak berhasil menguasai istana Majapahit.
Sunan Ngundung yang memasuki istana, menemukan banyak sekali pusaka Kerajaan Majapahit. Ia kemudian memerintahkan para prajuritnya untuk mengumpulkan pusaka Majapahit dan memasukkannnya ke dalam grobog untuk dibawa ke Demak.
Peperangan yang berlangsung cukup lama dan perjalanan menuju Demak yang sangat jauh, membuat pasukan sangat lelah. Mereka seringkali beristirahat. Suatu ketika, saat mereka beristirahat di suatu tempat yang tidak jauh dari Demak, grobog tempat menyimpan pusaka tertinggal. Hal itu baru disadari ketika rombongan prajurit telah berjalan beberapa saat.
Menyadari bahwa grobog yang berisi pusaka tertinggal, rombongan kembali untuk mengambil grobog. Sunan Ngundung begitu terkesan dengan peristiwa tertinggalnya grobog tersebut. Konon ia kemudian menamakan tempat tersebut dengan nama Grobogan, yang berarti tempat di mana grobog berisi pusaka tertinggal.
Tetapi, sumber yang lain, sebagaimana juga dimuat di laman grobogan.go.id menyebutkan, grobog juga dapat berarti kandang yang berbentuk kotak untuk mengangkut binatang buas (misalnya: harimau) hasil tangkapan dari perburuan.
Grobog tersebut dapat juga digunakan sebagai alat penangkap harimau. Grobog
ini biasa disebut Grobog atau bekungkung (bila kecil disebut: jekrekan untuk
menangkap tikus) (Geriecke dan Roorda, 1901: 569).
Sejalan dengan penjelasan itu, Grobogan memang dulunya sebuah wilayah yang
digunakan sebagai daerah perburuan. Dan ternyata, daerah ini merupakan daerah
perburuan Sultan Demak (Atmodarminto, 1962 : 119) atau merupakan daerah
persembunyian para bandit dan penyamun zaman Kerajaan Demak Pajang
(Atmodarminto, 1955 : 123).
Pada zaman Kartasura, daerah ini merupakan daerah tempat tinggal tokoh-tokoh gagah berani dalam berperang (Babad Kartosuro, 79), antara lain: Adipati Puger, Pangeran Serang, Ng. Kartodirjo, dan lain-lain. (bersambung)